Guru Keluhkan Kurikulum 2013

BANDUNG– Asosiasi Guru Mata Pelajaran (AGMP) Jawa Barat menyayangkan tidak di sertakannya teknologi ilmu komputer (TIK) menjadi mata pelaja...

BANDUNG– Asosiasi Guru Mata Pelajaran (AGMP) Jawa Barat menyayangkan tidak di sertakannya teknologi ilmu komputer (TIK) menjadi mata pelajaran wajib di kurikulum 2013.

Ketua AGMP bidang TIK Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Barat Firman Oktora memandang, mata pelajaran tersebut penting diajarkan di sekolah. Mata pelajaran ini dinilai mampu memberi pemahaman tentang manfaat teknologi. Selain dapat menjadi filter perkembangan teknologi komunikasi bagi siswa.

“Ketika siswa memandang TI (teknologi informasi) dengan polos, mereka bisa menyalahgunakannya. Kita lihat saja anak SMA, banyak yang menjadi hacker. Bahkan, ditemukan kasus memanfaatkan teknologi untuk hal negatif,” ucapnya saat ditemui di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Setia budhi, Kota Bandung, kemarin. Dari sisi keterampilan, pelajar Indonesia sudah cukup baik. Namun secara konseptual, kapabilitas dan attitude masih belum baik.

Dia khawatir, tidak wajibnya mata pelajaran TIK, berdampak pada tidak adanya mata pelajaran pembimbing untuk memanfaatkan teknologi. Padahal, mereka juga perlu mengetahui dampak teknologi pada kehidupan sosial. Manurut dia, TIK bukan hanya sebagai alat bantu saja. Tapi bisa menjadi salah satu pondasi kehidupan. “Apalagi ketika siswa berada ditingkat sekolah menengah, TIK bisa menunjang cita-cita mereka,” katanya.

Dia khawatir, jika mata pelajaran TIK tidak diberikan, bisa berdampak pada pemanfaatan teknologi secara tidak benar. Menurut dia, perlu ada restrukturisasi kurikulum mata pelajaran TIK. “Kami ingin mata pelajaran TIK tetap ada. Konten dari kurikulum TIK mampu melatih pelajar, secara konseptual, kapabilitas, keterampilan, dan attitude,” kata dia. Terpisah, Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran TIK Kota Bandung Wuryanto mengungkapkan, selama ini anggaran pengembangan TIK cukup besar.

Data petunjuk teknis TIK Dinas Pendidikan Jawa Barat, anggaran TIK 2008 lebih dari Rp 10 miliar, 2009 Rp 15 miliar, dan 2010 Rp 30 miliar. “Selama ini, anggaran yang cukup besar, tidak di manfaatkan dengan baik. Kita lihat saja sebelum kurikulum 2013, apa yang diajarkan di kelas seperti kursus kilat saja. Harusnya tidak seperti itu. Sejauh ini, pe ngembangan sumber daya manusia guru TIK, juga tidak berjalan,” katanya. Dihubungi terpisah, pengamat pendidikan Sali Iskandar menilai, mata pelajaran TIK masih perlu dikembangkan.

Bagaimanapun, peserta didik harus memiliki keterampilan diluar ilmu mata pelajaran reguler. “Apa lagi di era modern seperti sekarang ini, penguasaan TIK sangat diperlukan,” ucap dia saat dihubungi KORAN SINDO. Terkait anggaran TIK yang cukup besar, tentu harus dimanfaatkan dengan baik. Jangan sampai, dengan anggaran yang relatif besar tidak memberi dampak yang baik bagi siswa.

Seharusnya dengan anggaran besar, mampu menghasilkan produk berkulitas. Berbagai pelatihan demi menunjang kualitas guru harusnya lebih di perbanyak. Agar kualitas penga jaran yang diberikan lebih di fahami setiap peserta didik.

“Besarnya anggaran, seharusnya menghasilkan output yang baik. Kita lihat saja berbagai kasus video porno yang dilakukan pelajar. Itu menunjukan belum maksimalnya peran TIK. Kita harus dorong pemerintah terutama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memaksimalkan anggaran demi pengembagan guru TIK. Sehingga hasilnya baik,” katanya.

Sumber : http://m.koran-sindo.com/node/361452

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comment

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item